Jumat, 29 Januari 2016

SEJARAH MUSEUM TRANSMIGRASI DAN PENDUDUK TRANSMIGRAN



Museum Transmigrasi adalah salah satu museum yang dibangun karena ide dari Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo yang merupakan keturunan dari rangsewu. Terletak di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Museum ini kemudian dibangun pada tanggal 12 Desember 2004, dengan luas 6,3 hektare dan untuk museum transmigrasinya sendiri terdapat 2 lantai. Tujuan didirikannya museum ini untuk mengumpulkan barang-barang yang bersifat ketransmigrasian, artinya barang-barang yang dibawa oleh penduduk transmigrasi dapat disimpan di museum ini. 



Jenis koleksi mata pencaharian hidup


Jenis koleksi transportasi (sepeda dan gerobak sapi)

Selain itu sebagai wahana pembelajaran bagi pelajar maupun masyarakan umum untuk mengetahui sejarah tentang keberhasilan proses transmigrasi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera Provinsi Lampung. Dan yang terakhir yaitu untuk menginformasikan bahwa pemerintah Indonesia mempunyai program transmigrasi, karena suatu saat program transmigrasi ini akan hilang dengan sendirinya. Ketika tahun 1999 Provinsi Lampung sudah tidak menerima penduduk dari luar Lampung, karena wilayah tersebut sudah mulai padat penduduknya. Hal ini lah yang dimaksud bahwa program transmigrasi akan hilang dengan sendirinya.
Tujuan transmigrasi di Provinsi Lampung berdasarkan kriteria 3 Negara yaitu:
1.   Tujuan Negara Belanda
-     Mencari upah buruh untuk dipekerjakan di lahan perkebunan milik para penjajah Belanda.
-     Untuk memperluas wilayah kekuasaan jajahan pemerintah Belanda.
2.   Tujuan Negara Jepang
-     Mereka dijadikan tentara Jepang
-    Dipekerjakan untuk membuat benteng pertahanan. Sehingga banyak warga yang meninggal dunia, akibat kerja paksa tanpa mengenal lelah yang dilakukan pada masa jajahan Jepang.
3.   Tujuan Negara Indonesia
-     Pemerataan penduduk
-     Meningkatkan kesejahteraan
-     Mengurangi angka kemiskinan
-     Menjaga ketahanan nasional
-     Untuk  meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Yang disebut pemindahan dan kepindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap didaerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah Indonesia guna kepentingan negara bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, kesimbangan persebaran penduduk, pemanfaatan potensi lahan dan sumber daya alam serta memperkuat pertahanan nasional. Program transmigrasi ini memiliki visi dan tujuan yang lebih mulia dari pada sekedar memindahkan penduduk ke daerah luar pulau jawa. Keinginan penduduk untuk pemindahan tempat demi kualitas hidup seseungguhnya selalu terjadi karena dalam proses perubahan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat kita saat ini serta masih adanya hubungan yang kurang serasi antar penduduk, oleh karenanya kebutuhan masyarakat untuk pindah perlu didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana seperti tempat atau lahan dan lapangan pekerjaan.
Program transmigrasi yang di lakukan oleh penjajah Belanda kemudian dilanjutkan kembali oleh Presiden Soekarno, karena mendapatkan hal positif dari ketransmigrasian, mendorong pertumbuhan penduduk dan mengurangi angka pengangguran. Pada masa pemerintahan Soekarno transmigrasi ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan serius. Wilayah tempat tinggal sudah dibangunkan oleh pemerintah, terdapat sarana ibadah, sekolah, dan akses jalan sudah bagus. Pada tahun 1973 pemerintah mulai membangun jalan raya lintas Sumatera yang diresmikan pada tahun 1976, jalan ini berhasil meningkatkan mobilitas dari dua pulau yang memiliki konsep penduduk terbesar di Indonesia.
Kini dinas tenaga kerja kependudukan dan transmigrasi Provinsi Lampung telah berhasil membangun Museum Transmigrasi yang berlokasi di desa Bagelen Kabupaten Pesawaran tempat program transmigrasi dilaksanakan untuk pertama kalinya. Dengan dibangunnya museum transmigrasi ini diharapkan dijadikan tonggak sejarah sekaligus prasasti kebanggaan bagi bangsa Indonesia khususnya warga transmigran.


Tampak depan musium transmigrasi


Masing-masing warga yang akan mengikuti program transmigrasi ini akan diberikan lahan seluas 2 hektare yang kemudian dibagi untuk lahan perkebunan seluas 1 hektare, lahan pertanian 1/2  hektare, dan untuk lahan perkarangan seluas 1/2  hektare. Untuk proses sleksinya sendiri yaitu dengan kemauan sendiri, namun yang lebih diutamakan adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki lahan untuk tempat tinggal di wilahnya tersebut. Sarana prasarana yang ada di museum transmigrasi ini cukup lengkap, yaitu terdapat kamar mandi, mushola, serta tempat area parkir yang cukup luas. Kondisi jalan menuju lokasi museum ini sudah bagus dan sudah di aspal.

Musholah yang terdapat di area Museum Transmigrasi


Tempat parkir yang ada di Museum Transmigrasi

Minggu, 25 Oktober 2015

Konservasi Muara Gembong


Muara Gembong adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat yang terletak dibagian utara Kota Bekasi. Muara Gembong merupakan salah satu kawasan hutan mangrove yang tumbuh subur didaerah sana. Daerah yang banyak ditumbuhi oleh pohon mangrove ini memberikan kesejukan dan kesegaran udara, mungkin karena dari pohon mangrove ini dapat menghasilkan oksigen yang melimpah. Untuk menuju Muara Gembong diperlukan waktu sekitar dua setengah jam dari Kota Bekasi. Sebagian besar penduduk Muara Gembong bermata pencaharian sebagai nelayan, menangkap ikan, kepiting, dan udang yang kemudian dijual ke Jakarta.
Muara Gembong mempunyai potensi yang cukup kaya sekaligus risiko bencana yang cukup tinggi. Kondisi lingkungannya pun bisa dibilang memprihatinkan, kondisi tersebut diperparah dengan ketidak merataan pembangunan oleh pemda Kabupaten Bekasi. 

Sesampainya disana kita akan kesulitan menemukan SPBU, serta mini market. Dahulu hutan mangrove yang ada di Muara Gembong banyak dialih fungsikan menjadi kawasan tambak oleh masyarakat setempat dan pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Namun setalah banyak masyarakat yang peduli akan Muara Gembong, sedikit demi sedikit hutan mangrove ini kembali dibenahi dan dilakukan konservasi. Lahan-lahan kosong tidak dibiarkan begitu saja, tetapi kembali ditanami pohon mangrove. Banyak para wisata yang datang ketempat ini bukan hanya sekedar untuk foto-foto, tetapi sekaligus belajar tentang hutan mangrove, serta bagaimana cara menjaganya. Sehingga dengan demikian hutan mangrove di Muara Gembong ini menjadi sangat luas, karena ketika kita mulai memasuki Kecamatan Muara Gembong sudah banyak ditanami pohon mangrove.
Dibeberapa titik pohon mangrovenya besar-besar. Meski ada beberapa pohon mangrove yang sudah rusak, tetapi yang lainnya masih banyak yang terjaga dengan baik dan akan terus dibenahi dan diperbaiki, karena pohon mangrove ini dapat mencegah terjadinya abrasai dan banjir rob. Pohon mangrove yang terbilang cepat pertumbuhannya kini banyak dimanfaatkan warga sekitar untuk membuat dodol mangrove yang berbahan dasar dari buah mangrove itu sendiri, sehingga pengunjung yang datang ke Muara Gembong dapat merasakan dodol mangrove buatan warga setempat. Harganya pun bisa dibilang sangat terjangkau yaitu sekitar Rp.5000 untuk satu bungkusnya.
Seperti itulah Muara Gembong saat ini, suatu Kecamatan yang berada sangat jauh dari hiruk pikuk Kota Bekasi, masih banyak yang harus dibenahi dan diperbaiki, namun masih banyak pula yang pedui akan perbaikan di Kecamatan Muara Gembong ini.